JAKARTATERKINI.ID - Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telah mengangkat tradisi "ruah kubur" sebagai bagian dari agenda wisata budaya yang terus dijaga dan diperkaya karena mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang kaya.
"Bupati Bangka Tengah, Algafry Rahman, menjelaskan bahwa kegiatan ruwah kubur ini adalah tradisi turun-temurun yang memiliki nilai keagamaan dan budaya yang perlu diperhatikan dan dihidupkan setiap tahun," ujarnya setelah menghadiri kegiatan ruah kubur di Desa Keretak Atas, Kecamatan Sungaiselan, Jumat lalu.
Baca juga : Kunjungan Wisatawan ke Gunung Bromo Capai 8.525 Orang Selama Libur Panjang
Ruah kubur merupakan kegiatan keagamaan umat Islam yang melibatkan pelaksanaan tahlil dan doa bersama untuk para leluhur atau keturunan yang telah meninggal dunia.
Tradisi ruah kubur biasanya diselenggarakan oleh sebagian warga di beberapa desa menjelang bulan suci Ramadhan atau pada tanggal 12 dan 13 bulan Syakban.
Namun demikian, bagi para leluhur terdahulu, tradisi ini tidak hanya mencakup aspek keagamaan, tetapi juga merangkum ritual adat dan tradisi yang berkembang pada masa itu.
Baca juga : Lima Destinasi Wisata untuk Akhir Pekan di Jakarta
"Para leluhur kita menjadikan kegiatan ruah kubur ini sebagai momen silaturahim dengan menyelenggarakan makan bedulang (membawa berbagai jenis makanan dari rumah yang diletakkan di dalam talam dan ditutup dengan tudung saji berbahan rotan)," jelas Algafry.
Selanjutnya, dulang yang sudah dipersiapkan dari rumah masing-masing dibawa ke masjid untuk disantap bersama, sambil berdoa, mendengarkan pengajian, dan melantunkan tahlil.